Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong
dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang disebut juga
jamur benang atau molds. Mikroba jenis ini berbentuk benang atau filamen,
multiseluler, bercabang-cabang, dan tidak berklorofil. Perbandingan kapang
dengan khamir dan jamur adalah, kapang merupakan sekelompok mikroba yang
tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang
adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada
makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul
akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis (Citrawati, 2010). Jamur
adalah kelompok organisme eukariota, dan dimasukkan kelompok ini karena
sel-selnya sudah memiliki membran inti sel. Ciri-ciri jamur yaitu,selnya eukariotik,
bentuk tubuhnya ada yang uniseluler dan multiseluler, tidak memiliki klorofil,
cara hidupnya adalah hidup sebagai tumbuhan heterotrof, memiliki dinding sel
yang disebut kitin, dan dapat bereproduksi secara seksualdan aseksual
(Febriyani, 2009). Khamir termasuk fungi, tetapi dibedakan dari kapang karena
bentuknya yang terutama uniseluler. Reproduksi vegetatif pada khamir terutama
dengan cara pertunasan/budding (Pelczar
dan Chan, 1977). Sebagai sel tunggal, khamir tumbuh dan berkembang biak lebih cepat
dibandingkan dengan kapang yang tumbuh dengan pembentukan filamen. Khamir juga
lebih efektif dalam memecah komponen kimia dibandingkan dengan kapang karena
mempunyai perbandingan luas permukaan dengan volume yang lebih besar. Khamir
juga berbeda dari ganggang karena tidak dapat melakukan proses fotosintesis,
dan berbeda dari protozoa karena mempunyai
dinding sel yang kuat (Azizah, 2013).
Pada praktikum acara IV Morfologi Kapang, sampel
yang diamati ada 4 jenis kapang yaitu Aspergillus
niger, Trichoderma reesei, Pleurotus florida, dan Pleurotus ostreatus. Cara kerja dari pengamatan morfologi kapang
yang pertama adalah dilakukan fiksasi pda gelas objek yaitu dengan
membersihkannya dengan alkohol kemudian dikeringkan di atas bunsen. Setelah itu
ditetesi dengan larutan laktofenol pada bagian tengahnya. Kemudian biakan
kapang diambil dengan ose dan ditempelkan pada gelas objek, dan ditutup dengan
kaca tipis diatas gelas objek. Kemudian gelas objek diamati menggunakan
miroskop dengan perbesaran 40X. Praktikum
ini menggunakan metode aseptis agar terhindar dari mikroba lain.
Hasil praktikum acara IV morfologi kapang,
didapatkan hasil seperti gambar diatas, untuk Aspergillus niger didapatkan penampang kapang dengan serabut
panjang (filamen), Sedangkan Trichoderma
reesei berupa serabut pendek banyak dan bewarna hitam. Aspergillus niger merupakan fungi dari ascomycota yang berfilamen, mempunyai hifa, bercabang-cabang dan
bersekat, bewarna terang atau tidak bewarna dan ditemukan melimpah di alam. Aspergillus niger memiliki warna dasar
putih atau kuning dengan lapisan konidiospora yang tebal, bewarna coklat gelap
(Inggrid, 2012). Jika dibandingkan dengan teori hasil praktikum penampangan
kapang Aspergillus niger sama yaitu
terdapat dua bagian yaitu konidia dan konidiospor dan berupa serabut panjang
kasar yang terlihat bewarna putih dan hitam dibagian ujungnya. Sedangkan
morfologi Trichoderma reesei memiliki
konidiofor bercabang-cabang teratur, tidak membentuk berkas, konidium jorong,
bersel satu dalam kelompok- kelompok kecil terminal, kelompok konidium bewarna
hijau biru, berbentuk oval dan memiliki stergma atau phialid tunggal dan
berkelompok. Koloni Trichoderma reesei
pada media agar pada awalnya terlihat berwarna putih selanjutnya miselium akan
berubah menjadi kehijau-hijauan lalu terlihat sebagian besar berwarna hijau ada
ditengah koloni dikelilingi miselium yang masih berwarna putih dan pada
akhirnya seluruh medium akan berwarna hijau (Ismail, 2010). Jika dibandingkan
dengan teori hasil praktikum penampang Trichoderma
reesei hasilnya sama memiliki konidiofor bercabang-cabang teratur.
Hasil praktikum untuk Pleurotus florida adalah terlihat seperti benang-benang yang
bercabang. Menurut (Yanuati, 2007) Pleurotus
florida merupakan organisme berinti, bersepora, tidak berklorofil berupa
benang-benang bercabang. Dinding sel terdiri dari selulosa dan khitin. Hasil
praktikum dengan teori sama bahwa Pleurotus
florida berupa benang-benang bercabang. Untuk hasil praktikum dari
penampangan morfologi Pleurotus ostreatus
adalah merupakan jamur yang bewarna putih kekuningan. Menurut Achmad (2011) Pleurotus ostreatus merupakan tubuh buah
mempunyai tudung (pilleus) yang berubah dari hitam, abu-abu, coklat, hingga
putih dengan permukaan yang hampir licin dengan diameter 5-20 cm. Tepi tudung
mulus sedikit berlekuk. Permukaan bagian bawah tudung berlapis-lapis seperti
insang (lamella atau gilling) berwarna putih dan lunak yang berisi
basidiospora.Basidiospora ini berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm. Miselium
berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat. Sedangkan tangkainya dapat pendek
atau panjang (2-6 cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang
mempengaruhi pertumbuhannya. Tangkai ini yang menyangga tudung agak (lateral)
dibagian tepi atau (eksentris) agak ke tengah. Bagian-bagian kapang hifa,
miselium, spora. Hifa fertil berfungsi membentuk sel-sel reproduktif atau badan
buah (spora), hifa vegetatife mencari makanan dalam substrat. Spora berfungsi
sebagai alat reproduksi. Miselium berfungsi untuk menyerap makanan.
Pada percobaaan kali ini digunakan medium Medium PDA
(Potato Dekstrosa Agar) berdasarkan
susunannya merupakan medium organik semi alamiah atau semi sintetis sebab
terdiri dari bahan alamiah yang ditambah dengan senyawa kimia; berdasarkan
konsistensinya merupakan medium padat karena mengandung agar yang memadatkan
medium; berdasarkan kegunaannya merupakan medium untuk pertumbuhan jamur.
Medium PDA terdiri dari kentang yang berfungsi sebagai sumber energi, nitrogen
organik, karbon dan vitamin, dekstrosa sebagai sumber karbon, agar sebagai
bahan pemadat medium dan aquadest sebagai pelarut untuk menghomogenkan medium
dan sumber O2.
Aspergillus
niger digunakan dalam pembuatan asam sitrat. Asam sitrat
merupakan salah satu asam organic yang banyak digunakan dalam bidang pangan,
misalnya pada pembuatan permen dan minuman kemasan. Kerugian dari kapang ini
adalah mengontaminasi makanan misalnya pada roti tawar. Trichoderma reesei dalam dunia pangan dimanfaatkan dalam
meningkatkan proses pembuatan bir (enzim yang berperan β – glukanase), pembuat lembek buah dalam
produksi jus buah (enzim yang berperan
adalah pectinases, cellulases, hemicellulases (Anwar, 2010). Kerugian yang
didapatkan dari pengaruh kapang ini adalah mnghambat pertumbuhan tanaman. Pleurotus
ostreatus merupakan salahsatu fungi pendegradasai lignin aktif yang hidup
secara saprofit pada kayu lapuk dihutan. Jamur ini diproduksi secara komersial
pada skala industry sebagai bahan pangan karena kelezatanya, kandungan
nutrisinya, dan mampu menstimulasi kesehatan (Achmad, 2011). Jamur ini biasa
disebut sebagai jamur tiram, mengandung arabitol, yang dapat menimbulkan
gangguan pencernaan bagi orang yang sensitif. Dalam dunia pangan Pleurotus
florida dikonsumsi oleh masyarakat, karena mengandung gizi yang tinggi.
Terkandung 9 asam amino esensial dengan kadar protein 19-35% (Yanuati, 2007). Manfaat
dari mengetahui morfologi kapang adalah untuk mengelompokan jenis dari kapang
tersebut dan untuk mengetahui bagian-bagian dari kapang yang diamati.
Kerusakan pada biji-bijian tersebut secara tidak
langsung dapat menjadi jalan masuk bagi spora-spora kapang kontaminan. Di dalam
biji, spora-spora kapang berkecambah membentuk hifa-hifa dan anyaman miselium. Selanjutnya
kapang-kapang tumbuh dan berkembangbiak serta melakukan metabolisme. Salah satu
macam metabolit sekunder yang dihasilkan oleh kapang ialah mikotoksin. Apabila mikotoksin
tertelan bersama-sama makanan yang telah terkontaminasi oleh kapang kontaminan
penghasil mikotoksin, maka dapat menyebabkan keracunan, yang disebut mikotoksikosis.
Kualitas makanan yang tercemar oleh kapang penghasil mikotoksin akan berkurang
sehingga tidak layak dikonsumsi. Bahan makanan yang telah terkontaminasi oleh
kapang akan mengalamin perubahan tesktur, misalnya : berserbuk pada
permukaannya, berserabut halus, hancur. Warna bahan makanan juga dapat mengalami
perubahan karena tertutup oleh spora-spora kapang yang berwarna-warni. Aroma
bahan makanan ataupun makanan hasil olahan juga dapat mengalami perubahan
akibat pertumbuhan kapang kontaminan yang menghasilkan senyawa-senyawa tertentu.
Kapang kontaminan melakukan biodegradasi terhadap senyawa-senyawa kompleks
dalam bahan makanan menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Melalui
proses biodegradasi tersebut dapat dihasilkan senyawa-senyawa yang menimbulkan
aroma yang kurang sedap pada bahan makanan sehingga tidak layak dikonsumsi.
Bahan makanan yang telah terkontaminasi oleh kapang penghasil mikotoksin dapat
membahayakan kesehatan, bila tetap dikonsumsi (Hastuti, 2010).