Sabtu, 24 November 2012
Jumat, 23 November 2012
critaku dipnghujung smster 5
Kesibukan dismester 5 cukup menguras pikiran, tenaga, finansial, air mata hehehe (lbay). Smester 5 banyak buanget praktikumnya hampir tiap hari dari pagi pe malem... dah kaya pjaga leb saja (DDD). Tpi seru ko walapun tidak terlepas dari suasana ini lohh pertengkaran, kecewaan, menangis, marahan, malu, ....but this all warna2 di smster 5 yang tak terlupakan (cihuy),,, ingin rasanya masa2 ini tak bgitu cpat berlalu krena ya pastinya cpt pndah smster 6 hahaha...pastinya aku kan kangen ma kalian (tisu mana tisu mana).....pokoe smster 5 itu rsanya kaya permen nano-nano><
KIMPANG
Pembahasan
Warna
bahan pangan dari makanan dapat disebabkan oleh beberapa sumber, dan salah satu
yang terpenting disebabkan oleh pigmen yang ada dalam bahan nabati atau bahan
hewani. Sebagai contoh misalnya klorofil yang memberikan warna hijau pada daun
selada atau buncis, karoten yang memberikan warna jingga pada wortel dan
jagung, likopen yang memberikan warna merah pada buah tomat dan semangka, antosianin
memberikan warna ungu pada bit dan buah kopi, dan mioglobin yang memberikan
warna merah pada daging. Pigmen-pigmen alam biasanya akan mengalami perubahan
kimia, misalnya yang terjadi pada pematang buah-buahan atau “curing” daging.
Pigmen juga sangat sensitif terhadap pengaruh kimia dan fisik selama
pengolahan. Terutama panas sangat berpengaruh terhadap pigmen bahan pangan,
juga pukulan mekanik dan penggilingan biasanya menyebabkan perubahan warna
bahan pangan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pigmen tanaman dan hewan
terkumpul di dalam sel-sel tenunan dan dalam “pigmen body” misalnya klorofil
yang terdapat dalam kloroplas, jika sel-sel ini pecah karena penggilingan atau
pukulan, maka pigmen akan keluar dan sebagian akan rusak atau teroksidasi karena
kontak dengan udara.
Kualitas
sayur dan buah ditentukan antara lain oleh pigmen. Pigmen merupakan suatu zat
yang dapat menentukan derajat kematangan atau kesegaran indikator baik atau
tidaknya proses pengolahan mempengaruhi proses terhadap flavour dan juga
memberikan nilai gizi seperti karotenoid. Pigmen sayur dan buah dapat mengalami
perubahan karena berbagai perlakuan yang diberikan dalam proses pengolahan
suatu bahan pangan atau penambahan zat kimia lain. Pada praktikum zat warna
pada tanaman dilakukan pengamatan terhadap perubahan pigmen pada beberapa jenis
sayur dan buah sebagai akibat dari berbagai perlakuan, yakni dengan pemasakan
dan dengan perendaman dalam larutan asam, basa, dan garam.
Perubahan
yang terjadi pada pigmen yang terkandung di dalam bahan pangan dan diberikan
beberapa perlakuan khusus, dikarenakan sifat pigmen yang mudah terpengaruh oleh
perlakuan tertentu seperti pemberian perlakuan panas dan penambahan asam, basa,
dan logam. Perubahan yang terjadi dapat menguntungkan dapat pula merugikan.
Pada
praktikum zat warna tanaman untuk melihat pengaruh penambahan asam, basa dan
ion terhadap pigmen tanaman sampel yang digunakan adalah buncis, wortel, tomat,
kangkung dan bawang merah. Dari sampel
tersebut mendapatkan perlakuan yang sama, untuk kelompok 6 sampel yang
digunakan adalah wortel. Pertama wortel di potong-potong dan ditimbang sebanyak
25 gram. Kemudian setiap 25 gram wortel dimasukan kedalam beker glass 100 ml
yang telah disediakan. Gelas baker yang digunakan ada 5 dan semuanya diisi 25
gram wortel. Ke 5 sempel tersebut diberi 5 perlakuan, untuk beker glass 1
ditambah dengan aquades, dan beker glass 2 ditambah dengan Na bikarbonat 0,5
gram dan aquades 50 ml, beker gelass ke 3 ditambah fechlorida 50 ppm, untuk
gelass bekerke 4 ditambah Mg Chlorida 50 ppm, dan glass beker yang terakhir
ditambah dengan asam cuka 95 % 2 ml dan aquades 50 ml. Untuk perlakuan pertama diamati
warna bahan, pH larutan dan, warna larutan. Selanjutnya semua sampel dipanaskan
diatas kompor sampai 15 menit dan diamati warna bahan, pH dan, warna larutan.
Dari
hasil praktikum dengan perlakuan yang berbeda maka hasil setelah proses
pemanasan berbeda pula. Dibuktikan dengan warna bahan dan larutan tiap beker
glass berbeda-beda, selain itu nilai pH yang didapatkan tiap beker glass juga
berbeda-beda. Untuk kelompok 6 bahan yang digunakan adalah wortel, dimana
didapatkan hasil dari praktikum sebelum dilakukan pemanasan dengan penambahan
larutan pada masing-masing beker glass, Untuk beker glass 1 didapatkan hasil
dengan pH 5,7, warna bahan orange atau tidak berubah seperti semula, dan warna
larutan bening. Sedangkan beker glass 2 didapatkan hasil untuk pH 8,0, warna
bahan orange, dan warna larutan bening, dan beker glass 3 pH yang dihasilkan
3,5 dengan warna bahan orange tua, warna larutan orange bening. Untuk beker
glass 4 didapatkan hasil dengan pH 6,2, warna bahan orange pucat, dan warna
larutan bening, sedangakan beker glass 5 dengan penambahan asam cuka dan
aquades didapatkan hasil dengan pH 2,5, warna bahan orange pudar, warna larutan
bening keruh. Sedangkan hasil data setelah dilakuakan pemanasan untuk beker
glass 1 didapatkan hasil untuk pH 6,
warna bahan orange muda, dan warna bahan bening, beker glass 2 didapatkan hasil
dengan pH 9, warna bahan orange tua, warna larutan orange keruh, sedangakan
untuk beker glass ke 3 didapatkan hasil untuk pH 5, warna bahan orange muda,
warna larutan orange bening, Untuk beker glass 4 didapatkan hasil pH 7, warna
bahan orange muda, warna larutan putih, Dan untuk beker gelass 5 didapatkan
hasil pH 3, warna bahan orange muda dan warna larutan keruh.
Pada kareotenoid yang ditambah dengan
aquadest, warna bahan sebelum dan sesudah pembahasan tidak begitu berbeda dan
warna larutan berubah menjadi agak kuning keruh. Hal ini menandakan bahwa zat
warna karotenoid mengalami oksidasi. Pada beker glass 2 dan 5 dengan penambahan
asam yaitu NaHCO3 dan asam cuka, warna akhir bahan adalah orange muda
dari warna awal orange segar. Pada keadaan asam, warna karotenoid juga akan
lebih terjaga atau dapat menaikkan intensitas warna karotenoid. Tetapi
dibandingkan dengan karotenoid dalam keadaan basa, intensitas kenaikan warna
akan lebih besar dalam keadaan alkali atau basa. Dibuktikan dengan pada beker glass 3 dan 4 dengan penambahan alkali atau basa yaitu FeCl3
dan MgCl2, warna akhir wortel menjadi lebih orange (orange cerah)
dibanding dengan warna awal yaitu orange pucat. Maka dapat dikatakan bahwa pada
keadaan alkali atau basa, intensitas warna karotenoid akan lebih orange atau
dapat mempertahankan warna orange. Menurut Gardjito, dkk, (2003), perlakuan
setelah pemanasan kareotenoid memiliki warna bahan pada kontrol, asam, alkali,
ion Fe3+, ion Mg2+ yang umumnya menjadi lebih orange
dengan intensitas yang berbeda – beda. Intensitas karoten (orange) yang lebih
akan tebentuk dalam keadaan alkali atau dengan penambahan alkali.
Untuk sampel buncis dan kangkung sama-sama mengandung pigmen
klorofil. Klorofil
adalah pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan menyerap cahaya merah,
biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau. Klorofil tersusun dari
khorophil a dan b dengan perbandingan 3:1.
Pada praktikum mengunakan sampel buncis dan kangkung mendapatkan perlakuan yang
sama seperti perlakuan pada wortel, yang mana dilakukan 5 perlakuan pada tiap
sampel. Dari praktikum zat warna tanaman pengaruh penambahan asam, basa dan ion
terhadap buncis dan kangkung sebelum diberi perlakuan didapatkan data, untuk
beker glass 1 pH yang dihasilkan adalah 6,2 dan 5,5, warna bahan hijau semua,
warna larutan jernih dan putih keruh, beker glass 2 pH yang didapatkan 8 dan
7,8, warna bahan hijau semua, warna larutan jernih dan putih keruh, beker glass
3 pH larutan 4,1 dan 4,6, warna bahan hijau semua, warna larutan kekuningan dan
bening, Untuk beker glass 4 pH yang didapatkan 5,7 dan 4,6, dengan warna bahan
hijau semua dan waran larutan jernih dan agak hijau, sedangkan pada beker glass
5 didapatkan pH 2,3 dan 2,9, dengan warna bahan hijau semua dan warna larutan
jernih dan hijau keruh. Setelah dilakukan perlakuan beker glass 1 didapatkan
hasil dengan pH 6 dan 4, warna bahan Hijau dan hijau layu, warna larutan jernih,
dan hijau bening, beker glass 2 pHnya 9 semua, warna bahan hijau dan hijau
layu, warna larutan agak kuning dan hijau kehitaman, untuk beker glass 3 pH
yang dihasilkan 5 dan 7, warna bahan hijau dan hijau layu, warna larutan jernih
dan hijau kecoklatan, beker glass 4 pH yang didapatkan 6 semua, dengan warna bahan
agak kuning dan hijau, warna larutan jernih dan hijau keruh, Sedangkan pada
beker glass 5 pH yang didapatkan 3 dan 5, dengan warna bahan kuning dan
kecoklatan, warna larutan jernih dan hijau. Terlihat bahwa warna bahan dan warna larutan
tiap beker glass berbeda, selain itu nilai pH pada masing-masing perlakuan
sebelum dan sesudah pemanasan berubah. Diketahui bahwa warna buncis dan
kangkung awal yaitu hijau segar dan kemudian menjadi
hijau muda atau layu, hal tersebut terjadi karena klorofil dalam buncis dan kangkung yang masih hidup berikatan dengan protein, namun setelah proses pemanasan
proteinnya terdenaturasi dan klorofil dilepaskan, sehingga dapat
juga berpengaruh pada warna larutan yang menjadi tidak sebening sebelum proses
pemanasan dan karena protein
terdenaturasi. Pada penambahan aquades pada buncis dan kangkung, terdapat perubahan warna dari hijau segar dengan warna larutan bening
menjadi warna hijau yang mulai memudar dan warna larutan agak keruh. Hal
tersebut menandakan bahwa klorofil larut dalam air, terbukti bahwa pH awal
sebelum dilakukan pamanasan lebih kecil
dibandingkan pH setelah pemanasan.
Klorofil sifatnya sangat labil dan mudah
berubah. Ion Mg yang terdapat dalam klorofil mudah diganti oleh ion H sehingga
berubah menjadi pheophitin (feofitin) yang warnanya coklat. Tetapi klorofiln stabil dalam suasana basa. Pada penambahan dengan asam cuka, warna awal bahan yaitu hijau segar dengan
warna larutan bening dan setelah dilakukan pemansan warna bahan berubah menjadi
hijau layu dengan warna larutan keruh. Selain dengan penambahan asam cuka,
perubahan yang serupa yaitu terjadi pada penambahan NaHCO3. Dengan
penambahan larutan yang bersifat asam, perubahan yang terjadi yaitu warna
larutan akan semakin keruh atau coklat bahkan pada warna bahan juga berubah
menjadi coklat. Hal tersebut terjadi karena klorofil yang berwarna hijau dapat
berubah menjadi hijau kecoklatan dan mungkin berubah menjadi coklat akibat
subtitusi magnesium oleh hidrogen membentuk feofitin chlorofil yang kehilangan
magnesium. Reaksi tersebut berjalan cepat pada larutan yang bersifat asam.
Tetapi, pada praktikum ini tidaklah begitu terlihat adanya perubahan warna
menjadi coklat, hal tersebut terjadi karena proses pemanasan praktikum ini
hanya 15 menit atau hingga larutan mendidih, sebab jika terlalu
lama pemanasan larutan akan menguap karena jumlah air dalam larutan hanya
sedikit.
1.
Hasil
Tabel 5.2 Pengaruh Pemanasan Tutup Terbuka
Bahan
|
Pemanasan
Terbuka
|
|||||
Sebelum
|
Sesudah
|
|||||
pH
|
Warna Bahan
|
Warna Larutan
|
pH
|
Warna bahan
|
Warna
larutan
|
|
Bawang
merah
|
58,3
|
Merah
|
Bening
|
5
|
Putih
|
Keruh
|
Tomat
|
3,7
|
Merah
|
Putih bening
|
4
|
Merah pucat
|
Putih
keruh
|
Wortel
|
5,7
|
Orange
|
Putih bening
|
7
|
Orange tua
|
Putih
keruh
|
Buncis
|
6,3
|
Hijau
|
Jernih
|
7
|
Hijau segar
|
Jernih
|
Kangkung
|
6,1
|
Hijau
|
Bening
|
6
|
Layu kecoklatan
|
Hijau
kecoklatan
|
Sumber: Laporan Sementar
2.
Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pigmen terhadap pemasakan terbuka. Sampel yang digunakan ada 5 yaitu
karotenoid dari wortel dan tomat, anthosianin dari bawang merah, dan klorofil
dari buncis dan kangkung. Pertama
bahan di potong kecil-kecil dan dimasukan kedalam 2 beker glass yang telah
disediakan yang masing-masing berisi 25 gram sampel. Selanjutnya setiap beker
glass diisi dengan aquades 50 ml, setelah itu dilakukan pemanasan secara
terbuka atau tanpa tutup selama 15 menit, diamati warna bahan, warna larutan
dan pH.
Pada Bawang merah hasil yang didapatkan sebelum dilakukan
perlakuan adalah pH awal 5,3, warna bahan merah warna larutan bening. Setelah
dilakukan pemanasan terbuka didapatkan hasil dengan pH 5, warna bahan putih,
warna larutan keruh. Pada
bawang merah pigmen yang dominan adalah antosianin jenis cyanidin. Hasil
praktikum pada pemanasan terbuka mengalami perubahan warna menjadi lebih pucat
(putih) karena pigmen ini peka terhadap panas dan dapat terdegradasi oleh
panas.. Warna larutan yang keruh disebabkan karena degradsi antosianin dipercepat dengan
adanya oksigen dan asam-asam organik yang dibebaskan selama pemanasan, tidak
keluar dari sistem dan kembali, lalu bereaksi mendegradasi pigmen antosianin
pada bahan. Hasil pada warna tersebut menyimpang dari teori, menurut Astawan
(2008) pemasakan sayuran yang mengandung pigmen antosianin lebih
direkomendasikan dilakukan secara tertutup untuk menjaga warna sayuran. Hal ini
disebabkan karena pigmen yang ada pada bawang merah larut dalam air dan pada
pemanasan terbuka air menguap keluar sistem sehingga warna larutan menjadi
lebih keruh. Selain itu, pigmen antosianin yang ada pada bahan bersifat larut
dalam air, sehingga ikut teruapkan. Pada pemanasan tertutup air tidak menguap
ke luar sistem sehingga warna larutan menjadi keruh dan warna bawang merah
menjadi agak pucat (putih). Penyimpangan ini terjadi mungkin dikarenakan wadah
tidak tertutup dengan rapat sehingga pigmen yang larut dalam air akan menguap
ke luar sistem. Untuk pH setelah pemanasan mengalami
kenaikan, kenaikan
ini disebabkan karena asam-asam organik menguap sehingga membebaskan atom H,
hal inilah yang menyebabkan pH bahan menjadi naik.
Wortel mengandung pigmen karotenoid. Hasil praktikum yang didapatkan
untuk wortel sebelum dilakukan pemanasan adalah pH 5,7, warna bahan orang,
warna larutan putih bening semua, dan data yang didapatkan setelah dilakukan
pemanasan terbuka adalah pHnya 7, dengan warna bahan orange tua, sedangkan
untuk warna larutanya dalah putih keruh semua. Pada warna larutan setelah pemanasan terbuka
mengalami perubahan dari bening menjadi sedikit keruh. Hal ini dimungkinkan
karena terjadinya degradasi atau kerusakan jaringan atau sel-sel penyusun bahan
yang terjadi selama proses pemanasan. Pigmen karotenoid dapat mengalami reaksi
autooksidasi dalam jumlah ikatan ganda yang besar. Oksidasi ini dapat
menyebabkan off-flavor dan hilangnya warna, sehingga hasil produknya
kurang memuaskan. Oksidasi menyebabkan warna sayuran menjadi lebih terang. Hasil
praktikum untuk wortel yang mengandung karotenoid setelah dilakukan pemanasan
baik secara terbuka maupun tertutup, warna wortel yang semula orange cerah
berubah menjadi warna orange pucat. Menurut Eskin (1979), karetinoid sangat
mudah teroksidasi sehingga warnanya menjadi sedikit pucat. Sebagai hasil
peristiwa ini dihasilkan hidroperoksida dan senyawa karbonil serta hilangnya
senyawa volatil dalam wortel. Pada perlakuan pemanasan struktur karotenoid
mengalami perubahan dari trans-karotenoid menjadi cis-karotenoid yang berwarna
lebih muda. Semakin banyak kontak uap panas dengan
karoten, semakin besar tingkat kerusakan karoten.
Buncis dan kangkung sama-sama mengandung pigmen klorofil Dari data
diata dapat disimpulkan bahwa pH sebelum dilakukan pemanasan terbuka dengan pH
setelah dilakukan pemanasan terbuka mengalami kenaikan, dan warna bahan sebelum
dilakukan perlakuan lebih hijau dibandingkan dengan warna yang dihasilkan
setelah dilakukan perlakuan. Ini disebabkan karena senyawa
organik asam akan keluar dan atom hidrogen menggantikan posisi magnesium
sehingga menghasilkan feofitin. Selanjutnya, senyawa bebas magnesium feofitin a
yang merupakan pigmen hijau keabu-abuan, dan feofitin b yang merupakan pigmen
hijau olive terbentuk. Pemasakan produk secara terbuka pada tiga menit
awal menyebabkan lepasnya senyawa plant acid yang bersifat volatil yang
bila diendapkan dalam kuah akan menyebabkan reaksi pemindahan magnesium
(Vacklavik, 2008) sehingga warna bahan
sebelum dilakukan pemanasan lebih hijau. Hasil akhir percobaan tidak menyimpang jika dibandingkan dengan teori yang menyatakan bahwa
pada perlakuan pemanasan terbuka asam-asam yang dihasilkan dari buncis dan kangkung dapat teruapkan keluar dan warna hijau dapat lebih dipertahankan. Secara
teori bahan lebih dapat mempertahankan warnanya pada pemanasan terbuka, karena
pada pemanasan terbuka uap air akan bebas ke udara sehingga tidak akan
berpengaruh lagi pada proses pemanasan.
1. Hasil
Tabel
5.3 Pengaruh Pemanasan Tutup Tertutup
Bahan
|
Pemanasan
Tertutup
|
|||||
Sebelum
|
Sesudah
|
|||||
pH
|
Warna Bahan
|
Warna Larutan
|
pH
|
Warna bahan
|
Warna
larutan
|
|
Bawang
merah
|
5,83
|
Merah
|
Bening
|
5
|
Putih
|
Keruh
|
Tomat
|
3,9
|
Merah
|
Putih bening
|
4
|
Merah pucat
|
Putih
keruh
|
Wortel
|
5,7
|
Orange
|
Putih bening
|
6
|
Orange muda
|
Putih
keruh
|
Buncis
|
6,3
|
Hijau
|
Jernih
|
6
|
Hijau layu
|
Jernih
|
Kangkung
|
6,2
|
Hijau
|
Hijau kecoklatan
|
7
|
Layu kecoklatan
|
Hijau
kecoklatan
|
Sumber:
Laporan Sementara
2.
Pembahasan
Pada
praktikum pemanasan tertutup bertujuan untuk mengetahui pemanasan tertutup pada
bahan. Bahan yang digunakan pada pemanasan tertutup adalah bawang merah,
wortel, tomat, buncis, dan kangkung. Pertama bahan tersebut diiris kecil-kecil
dan ditimbang sebanyak 25 gram, kemudian dimasukan kedalam beker glass yang
telah disediakan dan diberi aquades sampai 50 ml. Diamati perubahan warna
bahan, warna larutan dan pH larutan. Dari hasil praktikum di atas didapatkan
hasil untuk bawang merah sebelum dilakukan pemanasan adalah didapatkan pH
larutan sebesar 5,83, warna bahan merah, warna larutan bening, untuk tomat
didapatkan pH sebesar 3,9, warna bahan merah, warna larutan putih bening, untuk
wortel didapatkan pH sebesar 5,7, dengan warna bahan orange, waran larutan
putih bening, dan untuk buncis pH yang didapatkan sebesar 6,3, dengan warna
bahan hijau, dan warna larutan jernih, Untuk kangkung didapatkan pH sebesar 6,2
dengan warna bahan hijau dan warna larutan hijau kecoklatan. Hasil praktikum
setelah dilakukan pemanasan tertutup dengan sampel bawang merah didapatkan pH
sebesar 5, warna bahan putih, warna larutan keruh, pada tomat pH yang
didapatkan sebesar 4 dengan warna bahan merah pucat, warna larutan putih keruh,
untuk wortel pH yang dihasilkan adalah 6, dengan warna bahan orange muda, warna
larutan jernih, buncis pH yang didapatkan sebesar 6, warna bahan hijau layu,
warna larutan jernih, dan terakhir kangkung pH yang didapatkan sebesar 7 dengan
warna bahan layu kecoklatan dan warna larutan hijau kecoklatan.
Dari
Hasil data yang didapatkan pH sebelum dilakukan pemanasan tertutup lebih redah
dibandingkan dengan sesudah dilakukan pemanasan tertutup. Tapi ada beberapa
bahan yang pHnya lebih tinggi sebelum dilakukan pemanasan. Hal ini mungkin
disebabkan karena kurangnya ketelitian saat melakukan pengukuran dengan pH
meter. Untuk kelompok 6 menggunakan
sampel wortel. Wortel mengandung karotenoid setelah dilakukan
pemanasan tertutup, warna wortel yang semula orange cerah berubah menjadi warna
orange muda atau pucat. Karetinoid sangat mudah teroksidasi sehingga
warnanya menjadi sedikit pucat. Sebagai hasil peristiwa ini dihasilkan
hidroperoksida dan senyawa karbonil serta hilangnya senyawa volatil dalam
wortel. Pada perlakuan pemanasan struktur karotenoid mengalami
perubahan dari trans-karotenoid menjadi cis-karotenoid yang berwarna lebih
muda. Tetapi pada pemanasan secara tertutup, warna wortel setelah dilakukan
pemanasan lebih pudar. Hal ini
disebabkan karena uap panas tidak dapat keluar sehingga dapat mendegradasi
karoten. Semakin banyak kontak uap panas dengan karoten, semakin besar tingkat
kerusakan karoten. Intensitas kekeruhan pada pemanasan tertutup
lebih besar daripada intensitas kekeruhan pada pemanasan terbuka. Hal
tersebut dimungkinkan karena pada pemanasan tertutup lebih banyak
jaringan-jaringan sel penyusunnya yang mengalami kerusakan dan terlarut dalam
larutan. Hasil dari praktikum dapat dikatakan sesuai dengan teori bahwa sayuran yang mengandung karoten
sebaiknya dimasak tertutup atau dimasak dengan cepat untuk mengurangi terjadinya
reaksi kehilanagan warna. Disebabkan karena pigmen karotenoid dapat mengalami reaksi
autooksidasi dalam jumlah ikatan ganda yang besar
Untuk
bawang merah warna pigmen yang dominan adalah antosianin. Dari hasil praktikum
didapatkan warna bahan yang semula merah menjadi putih setelah dilakukan
pemanasan tertutup. Hal ini disebabkan karena pigmen pada bawang merah peka terhadap panas dan dapat terdegradasi
oleh panas. Pada pemanasan tertutup
warna bawang lebih pucat dari pada pemanasan terbuka. Dan untuk larutan yang
dihasilkan pada pemanasan terbuka lebih keruh. Warna larutan yang keruh disebabkan karena degradsi
antosianin dipercepat dengan adanya oksigen dan asam-asam organik yang
dibebaskan selama pemanasan, tidak keluar dari sistem dan kembali, lalu
bereaksi mendegradasi pigmen antosianin pada bahan. Hasil pada warna tersebut tidak sesuai dengan teori, bahwa pemasakan sayuran yang mengandung pigmen
antosianin lebih direkomendasikan dilakukan secara tertutup untuk menjaga warna
sayuran. Tomat
hampir sama dengan bawang merah yang mengandung pigmen antosianin. Dari hasil
praktikum yang didapatkan warna pada tomat setelah dilakukan pemanasan tertutup
menjadi merah pucat hal ini disebabkan karena pigmen bereaksi dengan panas, dan
pigmen larut dalam air. Untuk warna tomat pada memanasan tertutup lebih merah
dibandingkan dengan pemanasan terbuka, sebab dengan pemanasan tertutup dapat
mempertahankan warna dari buah yang mana air yang menguap lebih sedikit dan ini
mempengaruhi warna pada buah tomat. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa pemansan
tertutup lebih baik dibandingkan dengan pemanasan terbuka.
Buncis
dan kangkung sama-sama memiliki pigmen yang dominan adalah klorofil. Hasil percobaan pada sampel buncis dan kangkung yang mengandung pigmen klorofil
adalah warna akhir pada pemanasan terbuka lebih cerah dibanding dengan warna
akhir pada pemanasan secara tertutup, tetapi warna hijau setelah proses
pemanasan tidak jauh berbeda dengan warna hijau sebelum pemanasan. Hal ini
disebabkan karena klorofil merupakan senyawa yang tidak stabil sehingga sulit
untuk mempertahankan molekulnya agar tetap utuh dan berwarna hijau. Klorofil
dalam jaringan yang masih hidup berikatan dengan protein. Dalam proses
pemanasan protein tersebut terdenaturasi dan klorofilnya dilepaskan. Untuk kangkung warna bahan setelah dipanaskan secara tertutup
warnanya hijau kecoklatan atau layu, berbeda dengan warna buncis setelah
dilakukan pemanasan tertutup warnanya menjadi hijau layu. Hal ini disebabkan
karena tekstur kangkung lebih lunak dibandingkan dengan tekstur buncis. Pada pemanasan tertutup, pemanasan
mengakibatkan atom H tidak menguap tetapi kembali lagi ke dalam bahan karena
adanya penutup menyebabkan atom H tidak bisa keluar. Atom H akan menggantikan
posisi Mg pada inti klorofil sehingga warna yang dihasilkan akan menjadi lebih
pucat. Hal ini berkebalikan dengan pemanasan terbuka, dimana atom H-nya dapat
terlepas bebas sehingga Mg tetap berada pada inti klorofil. Sehingga warna
hijau buncis pada pemanasan terbuka intensitasnya lebih tinggi dibandingkan
dengan pemanasan tertutup. Untuk
warna larutan akhir pada proses pemanasan secara tertutup ternyata lebih keruh
dibanding dengan pemanasan secara terbuka. Hal ini disebabkan karena ketika sayuran hijau dipanaskan, air akan keluar dari
dalam sel dan menghasilkan warna hijau muda. Senyawa organik asam akan keluar
dan atom hidrogen menggantikan posisi magnesium sehingga menghasilkan feofitin.
Selanjutnya, senyawa bebas magnesium feofitin a yang merupakan pigmen hijau
keabu-abuan, dan feofitin b yang merupakan pigmen hijau olive terbentuk.
Langganan:
Postingan (Atom)